Generasi
ke Dua Perpustakaan: “Client Focused”
Gambar 1. Sumber: google
Information
explosion atau ledakan informasi merupakan fenomena dalam era globalisasi
dan informasi. Informasi dari seluruh dunia mengalir deras dalam berbagai
bentuk, format, isi dan jenis seakan-akan tidak mengenal batas ruang dan waktu
maupun birokrasi-birokrasi. Hal tersebut di atas terkait dengan pesatnya perkembangan
teknologi komputer dan komunikasi yang sering disebut dengan Teknologi
Informasi (TI). Perpustakaan sebagai penyedia dan pengelola informasi harus
dapat bersaing mengikuti perkembangan informasi dengan berbagai cara yaitu
memperbaiki dan memenuhi segala macam kebutuhan pengguna seiring dengan
perkembangan teknologi informasi.
Seiring perkembangan teknologi informasi desain
perpustakaan saat ini tidak selalu mengandalkan sebuah ruangan yang besar dan
kuat dengan berjajar rak-rak buku dengan koleksi buku cetak yang sangat banyak
namun fokus layanan pengguna di perpustakaan beralih pada kepuasan pengguna
atau “Client Focused”, karena layanan di perpustakaan sudah berbasis TI. Perlu
diketahui seiring berjalannya waktu perkembangan perpustakaan terdapat lima
generasi perpustakaan, yaitu: Generasi
pertama perpustakaan memfokuskan pada koleksi cetak, generasi kedua perpustakaan memfokuskan pada client, user,
custumer, generasi ketiga
experience-centered, generasi keempat connected
learning experience, generasi kelima
yaitu makerspace (Priyanto: 2017).
Perpustakaan sebagai sumber informasi dan
jantungnya dari sebuah institusi dewasa ini memiliki peranan yang sangat
penting dalam masyarakat informasi karena pada hakekatnya perpustakaan dikenal
secara umum berfungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan
kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan dan menunjang pelaksanaan
pembangunan di segala aspek dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, oleh karena itu
hadirnya perpustakaan yang dapat memenuhi segala kebutuhan pengguna diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang nyata demi perkembangan ilmu pengetahuan dan
pemanfaatan teknologi informasi secara baik dan benar agar tidak disalah
gunakan keberadaannya. Institusi perpustakaan hendaknya mampu menarik minat
masyarakat dengan berbagai cara pendekatan dan baik melalui promosi dan
membarui segala fasilitas di perpustakaan.
Generasi kedua yang kita kenal dengan“Client Focused” merubah tatanan desain
di perpustakaan, karena dari generasi pertama yang memfokuskan pada koleksi
cetak tetapi ketika masuk pada generasi kedua pengguna mulai beralih pada
koleksi elektronik sehingga yang dibutuhkan pengguna adalah tempat yang nyaman
dalam menemukan koleksi yang dibutuhkan tanpa harus mencari di rak-rak koleksi,
dengan fasilitas laptop, computer maupun gadget yang terhubung dengan internet
pengguna akan dapat menemukan koleksi yang dibutuhkannya. Pengguna akan
berlama-lama di perpustakaan kalau merasa nyaman, jadi ruangan juga harus
dibuat semenarik mungkin, dan tempat duduk di sofa akan membuat pengguna merasa
lebih nyantai dan tidak bosan ketika berada di perpustakaan.
DAFTAR
PUSTAKA
F. Priyanto, I. (2017). Pengantar ke Manajemen dan Disain
Perpustakaan. Dipresentasikan pada Materi Kuliah Manajemen dan Disain
Perpustakaan Sesi 2, Yogyakarta.
https://www.google.com/search?q=desain+perpustakaan+termodern&biw,
diakses Jumat 24 Februari 2017 pukul 20.00 WIB.
Proses yang cukup lama terjadi pada perubahan generasi pertama ke generasi kedua, perhatian pada koleksi masih sangat terlihat meskipun otomasi perpustakaan berjalan. Karena selain memberikan kemudahan layanan, otomasi perpustakaan juga dimaksudkan untuk menjaga koleksi.
BalasHapustrimakasih pak ida,.iya benar sekali koleksi dalam bentuk cetak saat ini masih sangat relevan dibutuhkan oleh user.
HapusMemanjakan pemustaka dengan menerapkan aturan (misalnya dilarang berisik di area Silent), apakah kira2 kontradiktif? ;)
BalasHapusmenurut saya hal itu efektif juga sih mas,misalnya kl di ruang baca koleksi karya ilmiah, skripsi, tesis, disertasi user sangat membutuhkan ketenangan dan dijadikanlah area silent.
Hapus