Tantangan “Internet of
Things” di Perpustakaan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi informasi sekarang ini sangat berperan dalam perkembangan dunia
kepustakawanan karena perpustakaan adalah sumbernya informasi, di era digital
saat ini perpustakaan tidak hanya mengandalkan peminjaman koleksi cetak kepada
pemustaka tetapi harus mampu menyediakan informasi yang relevan sesuai kebutuhan
pemustaka, karena kenyataan yang terjadi sekarang ini pemustaka tidak lagi hanya
meminjam buku tetapi menginginkan informasi yang lebih yaitu sebuah layanan
informasi gratis 24 jam yang semua terhubung dengan internet.
Pengertian Internet of Think
merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari
konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus. Adapun kemampuan
seperti berbagi data, remote control, dan sebagainya, termasuk juga pada benda
di dunia nyata. Contohnya bahan pangan, elektronik, koleksi, peralatan apa
saja, termasuk benda hidup yang semuanya tersambung ke jaringan lokal dan
global melalui sensor yang tertanam dan selalu aktif. Pada dasarnya, Internet
of Things mengacu pada benda yang dapat diidentifikasikan secara unik sebagai
representasi virtual dalam struktur berbasis Internet. Istilah Internet of
Things awalnya disarankan oleh Kevin Ashton pada tahun 1999 dan mulai terkenal
melalui Auto-ID Center di MIT. [menurut Wikipedia Indonesia].
Teknologi Pengimplementasian Internet of Things
1.
Kode
Batang
Kode batang atau lebih dikenal dengan
bahasa inggrisnya barcode adalah suatu kumpulan data optik yang dapat dibaca
oleh alat scannernya.
2.
Kode
QR
Kode QR atau lebih dikenal dengan
sebutan QR Code (Quick Response Code) adalah suatu kode batang dua dimensi diciptakan
untuk menyampaikan informasi dengan cepat dan mendapatkan respons yang cepat
pula. Berbeda dengan kode batang, yang hanya menyimpan informasi secara
horizontal, kode QR mampu menyimpan informasi secara horizontal dan vertikal,
oleh karena itu secara otomatis Kode QR dapat menampung informasi yang lebih
banyak daripada kode batang.
3.
Identifikasi
Frekuensi Radio [RFID]
Merupakan sebuah benda yang bisa
dipasang atau dimasukkan di dalam sebuah produk, hewan atau bahkan manusia
dengan tujuan untuk identifikasi menggunakan gelombang radio. Sehingga
memudahkan penggunanya untuk mendata (mengetahui jumlah maupun keberadaan atau
lokasi) barang yang dimilikinya tersebut.
Teknologi Pengimplementasian Internet
of Things ini sudah banyak digunakan di perpustakaan di Luar Negeri dan di
beberapa perpustakaan di Indonesia sebagai salah satu alat keamaan yang
dipasang di dalam buku dan juga untuk memudahkan pemustaka dalam menemukan
maupun meminjam koleksi yang dibutuhkan karena pemustaka dapat dengan mudah
meminjan maupun menggembalikan koleksinya sendiri tanpa bantuan dari pustakawan.
Namun tantangan yang kita hadapi saat
ini adalah apakah seluruh perpustakaan kita mampu untuk menyesuaikan perkembangan
ini, beberapa hal yang menghambat Inplementasi Internet of Things :
1.
SDM
[Pustakawan]
Pustakawan yang ada di Indonesia saat
ini belum seluruhnya memiliki pengetahuan yang laus akan informasi, yaitu
generasi baby boomer dan X yang lahir tahun 1960 an sehingga halini akan menghambat pekerjaan
yang berhubungan dengan perkembangan Internet of Things.
2.
Biaya/
anggaran
Anggaran merupakan kendala yang
sangat banyak ditemui karena perubahan system yang dulu manual ke digital pasti
mebutuhkan biaya yang sangat banyak dan tidak semua perpustakaan mampu untuk
membiayainya.
3.
Manajemen
Kepala perpustakaan saat ini
kebanyakan adalah generasi baby boomer dan X yang belum tentu mau mengikuti perubahan dan
kemajuan teknologi informasi bahkan ada yang masih mempertahankan system manual
karena beranggapan system manual sudah sangat membatu pekerjaanya.
4.
Mindset
yang masih kuno
Pemikirina masyarakat yang masih kuno
yaitu kalau perpustakaan sudah terhubung dengan koneksi internet maka tidak
adalagi perekrutan pustakawan karena peran pustakawan sudah tergantikan dengan
alat yang terhubung dengan internet.
5.
Jam
buka layanan perpustakaan
Dengan adanya internet of things
perpustakaan dituntut harus menjadi tempat rujukan informai 24 jam dan harus
buka 24 jam tetapi kondisi ini sangat sulit untuk dilakukan.
Tantangan berat bagi pustakawan
sekarang ini karena kalau kita tidak mengikuti perkembangan teknologi informasi
akan ketinggalan jauh dengan negara lain,namun ada beberapa kendala yang harus
segera dicarikan solusinya karena sebagai pustakawan yang professional harus
upgrade informasi terus menerus agar dapat memberikan informasi terupdate
setiap harinya dan juga menguasai bahasa pemrograman IT.
DAFTAR PUTAKA
Ashton, Kevin. Internet of Things. Diakses dari situs RFID
Journal, 15 September 2016
Priyanto, Ida Fajar. 2016.
Disruptive technology,IoT and IoE, Materi Kuliah Isu-isu Kontemporer
Informasi. Yogyakarta: Program Studi Kajian Budaya dan Media Minat Studi
Manajemen Informasi dan Perpustakaan UGM.
https://id.wikipedia.org/wiki/Internet_of_Things
Kamis, 15 September 2016
https://www.google.com/search?q=rfid+di+perpustakaan&client
Kamis, 15 Sep
sepertinya perlu direvisi sedikit tentang generasi Z diatas, mbak.
BalasHapusGenerasi Z justru besar ditengah perkembangan teknologi. mungkin maksud mba tiwi generasi baby boomers atau digital monks?
anyway, ide tulisannya nice ;)
Ua Alloh iya mbak fut maksud ku jg gt hihiihii gara2 deadline keburu buru nih ckxkxxkxkxk...makasih koreksinya
HapusMungkin yang maksud Mba Tiwi dengan generasi Z nomor 1 dan 3 adalah generasi X ya
BalasHapusmulai sekarang pustakawan harus menyadari bahwa fungsi perpustakaan itu luas bisa diterapkan dalam semua bidang karena evolusi adalah suatu keniscayaan :D
Yupp yuppp bnr mas dany,generasi X maksud ku ya Alloh gara2 keburu nih jd g karuan...
HapusYa itu mas dany kadang terbentur aturan yg membuat kita terbelenggu...
Mungkin mamii tiwi blm minum a*** 😆😆 hehehe
BalasHapusHeheeheh iya nih gara2 keburu buru ora karuan
HapusYes, generasi Z adalah generasi 1990s bukan 1960s. Terlepas dari itu, penguasaan teknologi informasi para pustakawan kita masih sebatas pada tugas-tugas seputar informasi terkait dengan koleksi perpustakaan saja.....
BalasHapusSiap pak ida maaf salah ketik keburu deadline hihihihi jadinya information overload,,tapi gmn pak kl terkait pustakawan yg sudah maintanance/perawatan?sulit jg untk dikembangkan lg???
Hapuspustakawan maintenance?itu maksudnya gmn mbak?
Hapusmaksudnya bagian maintenance gt tho?
warna blognya seger.. ijo royo2.. klo rifd mulai dipasang ke org2 sperti yg dismpaikan bpk ida f kemarin, bise buat cek anak tar ngeluyur kemana aja nih,, tapi takut jg tar jd ketauan istri suka main kemana aja.. xixixi
BalasHapusThk mas very,,yup yupp ada sisi positif/negatifnya jd g bebas kl mau kemana mana soanlnya pasti ketahuan,,
Hapus