Rabu, 14 September 2016

Tugas 4



Tantangan “Internet of Things” di Perpustakaan


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi sekarang ini sangat berperan dalam perkembangan dunia kepustakawanan karena perpustakaan adalah sumbernya informasi, di era digital saat ini perpustakaan tidak hanya mengandalkan peminjaman koleksi cetak kepada pemustaka tetapi harus mampu menyediakan informasi yang relevan sesuai kebutuhan pemustaka, karena kenyataan yang terjadi sekarang ini pemustaka tidak lagi hanya meminjam buku tetapi menginginkan informasi yang lebih yaitu sebuah layanan informasi gratis 24 jam yang semua terhubung dengan internet.
Pengertian Internet of Think merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus. Adapun kemampuan seperti berbagi data, remote control, dan sebagainya, termasuk juga pada benda di dunia nyata. Contohnya bahan pangan, elektronik, koleksi, peralatan apa saja, termasuk benda hidup yang semuanya tersambung ke jaringan lokal dan global melalui sensor yang tertanam dan selalu aktif. Pada dasarnya, Internet of Things mengacu pada benda yang dapat diidentifikasikan secara unik sebagai representasi virtual dalam struktur berbasis Internet. Istilah Internet of Things awalnya disarankan oleh Kevin Ashton pada tahun 1999 dan mulai terkenal melalui Auto-ID Center di MIT. [menurut Wikipedia Indonesia].
Teknologi Pengimplementasian Internet of Things
1.      Kode Batang
Kode batang atau lebih dikenal dengan bahasa inggrisnya barcode adalah suatu kumpulan data optik yang dapat dibaca oleh alat scannernya.
2.      Kode QR
Kode QR atau lebih dikenal dengan sebutan QR Code (Quick Response Code) adalah suatu kode batang dua dimensi diciptakan untuk menyampaikan informasi dengan cepat dan mendapatkan respons yang cepat pula. Berbeda dengan kode batang, yang hanya menyimpan informasi secara horizontal, kode QR mampu menyimpan informasi secara horizontal dan vertikal, oleh karena itu secara otomatis Kode QR dapat menampung informasi yang lebih banyak daripada kode batang.
3.      Identifikasi Frekuensi Radio [RFID]
Merupakan sebuah benda yang bisa dipasang atau dimasukkan di dalam sebuah produk, hewan atau bahkan manusia dengan tujuan untuk identifikasi menggunakan gelombang radio. Sehingga memudahkan penggunanya untuk mendata (mengetahui jumlah maupun keberadaan atau lokasi) barang yang dimilikinya tersebut.
Teknologi Pengimplementasian Internet of Things ini sudah banyak digunakan di perpustakaan di Luar Negeri dan di beberapa perpustakaan di Indonesia sebagai salah satu alat keamaan yang dipasang di dalam buku dan juga untuk memudahkan pemustaka dalam menemukan maupun meminjam koleksi yang dibutuhkan karena pemustaka dapat dengan mudah meminjan maupun menggembalikan koleksinya sendiri tanpa bantuan dari pustakawan.
Namun tantangan yang kita hadapi saat ini adalah apakah seluruh perpustakaan kita mampu untuk menyesuaikan perkembangan ini, beberapa hal yang menghambat Inplementasi Internet of Things :
1.      SDM [Pustakawan]
Pustakawan yang ada di Indonesia saat ini belum seluruhnya memiliki pengetahuan yang laus akan informasi, yaitu generasi baby boomer dan X yang lahir tahun 1960 an sehingga halini akan menghambat pekerjaan yang berhubungan dengan perkembangan Internet of Things.
2.      Biaya/ anggaran
Anggaran merupakan kendala yang sangat banyak ditemui karena perubahan system yang dulu manual ke digital pasti mebutuhkan biaya yang sangat banyak dan tidak semua perpustakaan mampu untuk membiayainya.
3.      Manajemen
Kepala perpustakaan saat ini kebanyakan adalah generasi baby boomer dan X yang belum tentu mau mengikuti perubahan dan kemajuan teknologi informasi bahkan ada yang masih mempertahankan system manual karena beranggapan system manual sudah sangat membatu pekerjaanya.
4.      Mindset yang masih kuno
Pemikirina masyarakat yang masih kuno yaitu kalau perpustakaan sudah terhubung dengan koneksi internet maka tidak adalagi perekrutan pustakawan karena peran pustakawan sudah tergantikan dengan alat yang terhubung dengan internet.
5.      Jam buka layanan perpustakaan
Dengan adanya internet of things perpustakaan dituntut harus menjadi tempat rujukan informai 24 jam dan harus buka 24 jam tetapi kondisi ini sangat sulit untuk dilakukan.
Tantangan berat bagi pustakawan sekarang ini karena kalau kita tidak mengikuti perkembangan teknologi informasi akan ketinggalan jauh dengan negara lain,namun ada beberapa kendala yang harus segera dicarikan solusinya karena sebagai pustakawan yang professional harus upgrade informasi terus menerus agar dapat memberikan informasi terupdate setiap harinya dan juga menguasai bahasa pemrograman IT.

DAFTAR PUTAKA

Ashton, Kevin. Internet of Things. Diakses dari situs RFID Journal, 15 September 2016
Priyanto, Ida Fajar. 2016.  Disruptive technology,IoT and IoE, Materi Kuliah Isu-isu Kontemporer Informasi. Yogyakarta: Program Studi Kajian Budaya dan Media Minat Studi Manajemen Informasi dan Perpustakaan UGM.
https://www.google.com/search?q=rfid+di+perpustakaan&client Kamis, 15 Sep

11 komentar:

  1. sepertinya perlu direvisi sedikit tentang generasi Z diatas, mbak.

    Generasi Z justru besar ditengah perkembangan teknologi. mungkin maksud mba tiwi generasi baby boomers atau digital monks?

    anyway, ide tulisannya nice ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ua Alloh iya mbak fut maksud ku jg gt hihiihii gara2 deadline keburu buru nih ckxkxxkxkxk...makasih koreksinya

      Hapus
  2. Mungkin yang maksud Mba Tiwi dengan generasi Z nomor 1 dan 3 adalah generasi X ya
    mulai sekarang pustakawan harus menyadari bahwa fungsi perpustakaan itu luas bisa diterapkan dalam semua bidang karena evolusi adalah suatu keniscayaan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yupp yuppp bnr mas dany,generasi X maksud ku ya Alloh gara2 keburu nih jd g karuan...
      Ya itu mas dany kadang terbentur aturan yg membuat kita terbelenggu...

      Hapus
  3. Mungkin mamii tiwi blm minum a*** 😆😆 hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheeheh iya nih gara2 keburu buru ora karuan

      Hapus
  4. Yes, generasi Z adalah generasi 1990s bukan 1960s. Terlepas dari itu, penguasaan teknologi informasi para pustakawan kita masih sebatas pada tugas-tugas seputar informasi terkait dengan koleksi perpustakaan saja.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap pak ida maaf salah ketik keburu deadline hihihihi jadinya information overload,,tapi gmn pak kl terkait pustakawan yg sudah maintanance/perawatan?sulit jg untk dikembangkan lg???

      Hapus
    2. pustakawan maintenance?itu maksudnya gmn mbak?
      maksudnya bagian maintenance gt tho?

      Hapus
  5. warna blognya seger.. ijo royo2.. klo rifd mulai dipasang ke org2 sperti yg dismpaikan bpk ida f kemarin, bise buat cek anak tar ngeluyur kemana aja nih,, tapi takut jg tar jd ketauan istri suka main kemana aja.. xixixi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thk mas very,,yup yupp ada sisi positif/negatifnya jd g bebas kl mau kemana mana soanlnya pasti ketahuan,,

      Hapus